Aku masih ingat hari ketika jas tua itu pertama kali aku keluarkan dari kotak di loteng. Bau kulit yang lembut, jahitan yang hampir tak terlihat, dan kancing yang sedikit kusam—semua itu seperti surat cinta dari masa lalu. Tidak ada label desainer mewah, hanya nama ibuku tertulis di bagian dalam. Saat itu aku berpikir: apa yang membuat sesuatu terasa berkelas? Apakah itu harga, merek, atau mungkin cerita yang menempel di setiap lipatan kain?
Mode klasik: bahasa yang tak lekang oleh waktu (serius sedikit)
Mode klasik bagi saya adalah bahasa. Formal namun hangat. Tidak perlu berteriak untuk menarik perhatian. Sebuah blazer yang pas, sepatu kulit yang dirawat, dan syal sutra yang lepas di bahu bisa menceritakan begitu banyak hal tanpa kata. Gaya klasik menyimpan prinsip—keseimbangan, proporsi, kualitas—yang mirip dengan nilai-nilai tradisional dalam banyak budaya. Kadang saya berpikir, kita memakai pakaian bukan hanya untuk menutupi tubuh, tetapi untuk meneruskan cara hidup. Tradisi berpakaian yang diwariskan dari generasi ke generasi seringkali mengandung pesan tentang etika, status, dan rasa hormat.
Ngobrol sambil menyingkap lemari: detail kecil yang bikin jatuh cinta (santai)
Aku suka membuka lemari di akhir pekan, sambil membuat kopi dan memutar playlist lama. Menemukan kancing yang tidak biasa, sedikit jahitan tangan di balik kerah, atau catatan kecil penjahit di muka kain itu membuat hariku cerah. Pernah suatu kali aku menemukan potongan kain bermotif batik tersembunyi di saku jas, mungkin sebagai penanda atau hanya sebagai cadangan. Hal-hal kecil seperti itu menambah karakter. Itu juga membuat aku mencari referensi—membaca cerita tentang tukang jahit yang berumur dua generasi, atau melihat koleksi di situs-situs kecil yang merawat cerita pakaian. Salah satu yang kupuji sebagai inspirasi adalah kaysfancylegacy, tempat yang menulis tentang bagaimana benda-benda sederhana menyimpan memori keluarga.
Warisan budaya: kain, cerita, dan tangan-tangan terampil
Warisan budaya dalam mode bukan sekadar motif atau corak. Ia hadir lewat teknik: sulaman yang diwariskan dari nenek, tenun tangan dari desa terpencil, atau cara melipat kain tertentu pada upacara. Saya pernah melihat seorang penenun tua menggenggam benang dengan kecepatan yang sepertinya lambat, tapi hasilnya sempurna. Melihat proses itu membuatku sadar bahwa berkelas juga soal menghargai proses—slow fashion, kalau mau menyebutnya demikian. Warisan ini tidak hanya estetika; ia adalah identitas. Saat aku memakai kain itu di acara keluarga, rasanya seperti membawa bagian dari tanah kelahiran, seolah ada getar kecil yang menghubungkan ke generasi sebelumnya.
Berkelas itu pilihan; bukan sekadar tampilan
Aku percaya berkelas adalah hasil dari pilihan berulang. Memilih kualitas daripada kuantitas. Memilih cerita daripada sekadar label. Dan memilih untuk merawat barang-barang yang kita miliki sehingga mereka bisa menjadi saksi hidup. Kadang berkelas berarti sadar akan ketidaksempurnaan—sebuah jahitan yang direparasi bisa lebih menarik daripada yang mulus sempurna, karena ia menandakan perjalanan. Seringkali, orang mengaitkan kata “berkelas” dengan formalitas kaku, padahal bagiku ada unsur keleluasaan: kenyamanan, kejujuran, dan keberlanjutan.
Aku juga punya opini: fashion klasik tidak membosankan. Ia memberi ruang untuk improvisasi yang cerdas. Satu dasi lama bisa hidup kembali jika dipadukan dengan sneakers yang bersih dan kaus polos, misalnya. Itu soal mentalitas, bukan aturan semata. Dan ketika kita memasukkan elemen budaya—entah itu motif tenun, sulaman keluarga, atau cara memakai kain tradisional—kita ikut merawat memori bersama.
Di akhir hari, aku suka menatap bajuku yang tergantung rapi, membayangkan siapa saja yang pernah memakainya. Ada sesuatu yang menenangkan mengetahui bahwa kita bisa meneruskan kebiasaan baik: memilih bijak, merawat, dan menceritakan. Mode klasik dan warisan budaya bertemu di sana—di titik di mana estetika berlabuh pada makna. Itulah yang membuat kisah hidup terasa berkelas; bukan sekadar pakaian yang dikenakan, tapi kisah yang kita bawa setiap kali membuka pintu keluar rumah.